TATA CARA BUDIDAYA TOMAT SINGKAT
Budidaya
tomat bisa dilakukan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, tergantung
dari varietasnya. Namun budidaya tomat di dataran tinggi biasanya lebih produktif
dibanding dataran rendah.
Tomat (Lycopersicon
esculentum L.) merupakan tanaman asli dari Amerika Tengah dan Selatan.
Tanaman ini idealnya ditanam pada kisaran suhu 20-27oC dengan curah
hujan sekitar 750-1250 mg per tahun. Secara umum tomat dapat tumbuh dengan baik
pada ketinggian 0-1500 m dpl.
Dewasa ini
terdapat lebih dari 400 varietas tomat yang ditanam secara global. Ada varietas yang hanya cocok
di dataran tinggi seperti berlian, mutiara dan kada. Ada yang cocok di dataran
rendah seperti varietas intan, ratna dan CLN. Ada juga yang bisa ditanam baik
di dataran tinggi maupun rendah, seperti GH2 dan GH4.
A. Memilih benih tomat
Untuk
memilih jenis tomat yang akan ditanam hendaknya sesuaikan dahulu dengan
karateristik lokasi. Apabila kebun Anda berada di dataran tinggi pilihlah
varietas yang cocok untuk dataran tinggi begitu juga sebaliknya.
Benih
tomat bisa didapatkan dengan mudah diberbagai toko penyedia saprotan. Apabila
Anda sulit mendapatkannya atau harganya terlalu mahal, kita bisa membuatnya
sendiri. Caranya dengan menyeleksi buah tomat yang paling baik dari segi ukuran
(besar) dan bentuk (tidak cacat).
Langahnya
sebagai berikut, pilih buah tomat yang akan dijadikan benih. Kemudian biarkan
buah tomat tersebut menua di pohon. Setelah cukup tua ambil bijinya dan
bersihkan dari lendir yang menyelubunginya dengan air. Setelah itu rendam dalam
air, pilih biji yang tenggelam. Kemudian lakukan seleksi sekali lagi terhadap biji
tomat, pilih yang bentuknya sempurna (tidak cacat atau keriput). Setelah itu
keringkan dengan dijemur dan simpan dalam wadah yang kering dan steril.
B. Penyemaian benih
tomat
Sebelum
ditanam secara luas, benih tomat sebaiknya disemaikan dahulu sampai memiliki
daun dan batang yang cukup kuat. Penyemaian hendaknya dilakukan di atas media
yang terpisah dengan penanaman masal. Lihat cara membuat media persemaian untuk tanaman
hortikultura.
Untuk
budidaya tomat, sebaiknya pilih media persemaian dengan ploybag. Hal ini
untuk mengurangi resiko tanaman stres ketika dipindahkan. Namun persemaian polybag
ini biayanya relatif lebih mahal. Apabila Anda memilih persemaian bedeng,
hendaknya hati-hati saat mencabut dan memindahkan bibit. Lamanya penyemaian
sampai tanaman siap dipindahkan sekitar 35-40 hari.
Tips untuk
persemaian bedengan, buat larikan (garis) diatas media persemaian dengan jarak
antar larik 5 cm dan kedalaman larik 1 cm. Kemudian taburkan benih dalam
larikan, jangan sampai bertumpuk-tumpuk, sebaiknya jarak antar benih 2-3 cm.
Kemudian tutup larikan dengan tanah dan siram secukupnya. Metode pemindahanbisa
dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan pencabutan, sebelum benih dicabut
siram dengan air untuk melunakan media sehingga akar tidak putus ketika
ditarik. Kedua, cara putar yaitu mengambil tanaman dengan tanah disekitarnya.
Tips untuk
persemaian polybag/pot, setelah media persemaian dibuat lubangi
permukaanya sedalam 1 cm. Kemudian bubuhkan biji tomat satu butir untuk setiap
polybag, tutup dengan media tanam. Cara memindahkannya adalah dengan merobek atau
melepas polybag/pot. Lalu masukkan tanaman beserta tanah yang terdapat
di polybag/pot kedalam lubang tanam.
C. Pengolahan tanah
Tomat
tumbuh baik pada tingkat keasaman tanah pH 5,5-7. Apabila tanah terlalu asam
(<5,5), tambahkan dolomit atau kapur pertanian. Manfaat pengapuran selain
menaikan pH tanah juga untuk memperbaiki struktur tanah. Dosisnya harus
disesuaikan dengan tingkat pH tanah masing-masing.
Bajak atau
cangkul tanah hingga gembur kemudian bentuk bedengan dengan ketinggian 30 cm,
lebar 1 meter dan pajang mengikuti kontur lahan. Buat jarak antar bedeng
selebar 30-40 cm. Kemudian diamkan tanah kira-kira satu minggu.
Setelah
itu, berikan pupuk dasar berupa pupuk organik
seperti pupuk kandang atau pupuk kompos
sebanyak 20 ton per hektar. Aduk hingga merata diatas bedengan. Untuk
memperkaya kandungan fosfor bisa ditambahkan pupuk TSP secukupnya (kira-kira 5
gram per tanaman). Untuk budidaya tomat organik, jangan ditambahkan pupuk kimia
tapi pupuk dasar harus lebih banyak, kira-kira 30-40 ton per hektar.
Kemudian
tutup bedengan dengan mulsa plastik, penutupan dengan mulsa sangat berguna
terutama pada musim kemarau. Mulsa plastik berguna untuk mempertahankan
kelembaban tanah, mengendalikan gulma dan agar buah tomat tetap bersih tidak
menyentuh tanah. Biarkan kembali tanah selama satu minggu sebelum ditanami.
D. Penanaman bibit tomat
Pertama-tama buat lubang tanam pada
mulsa dengan diameter 5-7 cm. Dalam satu bedengan terdapat dua lajur lubang
tanam, jarak antar lajur sebesar 70-80 cm dan jarak antar lubang dalam satu
lajur 40-50 cm, kedalaman lubang tanam kira-kira 5-7 cm.
Setelah itu masukkan bibit siap
tanam. Untuk bibit yang disemai dalam polybag atau pot, lepas terlebih
dahulu wadahnya lalu masukkan semua media tanam tanpa mencabut akar tanaman.
Kemudian tutup dan ratakan dengan tanah sekitar. Untuk bibit yang ditanam di
persemaian bedeng, masukkan tanaman kemudian timbun dengan tanah bekas galian
lubang. Ratakan dan siram dengan air untuk menjaga kelembabannya.
E. Pemeliharaan dan
perawatan
Tanaman
tomat cukup sensitif dan perlu perawatan yang intensif. Tanaman ini sangat
rentan terhadap hama dan penyakit, terutama yang ditanam di dataran rendah.
Setelah pemanenan, resiko kerusakan buah tomat masih tinggi sekitar 20-50%. Berikut
beberapa perawatan penting apabila kita hendak melakukan budidaya tomat.
a)
Penyulaman
Penyulaman
berfungsi untuk mengganti tanaman yang gagal tumbuh, baik sakit atau rebah
karena cuaca. Penyulaman dilakukan setelah seminggu tomat ditanam. Cabut
tanaman yang terlihat tidak sehat (kuning/layu) atau mati. Ganti dengan bibit
sisa penyemaian.
b)
Penyiangan
Penyiangan
dalam budidaya tomat biasanya dilakukan 3-4 kali selama musim tanam. Pada areal
tanam yang ditutup mulsa penyiangan bisa lebih jarang lagi. Penyiangan
bertujuan untuk mengangkat gulma yang ada di areal tanam. Pertumbuhan gulma
akan menganggu tanaman, karena tanaman harus bersaing dalam mendapatkan
nutrisi. Selain itu gulma juga mengundang hama dan penyakit yang bisa menyerang
tanaman utama.
c)
Pemangkasan
Pemangkasan
pada tanaman tomat dilakukan setiap minggu. Pemangkasan tunas yang tumbuh pada
ketiak daun harus segera agar tidak tumbuh menjadi batang. Pemangkasan tunas
muda bisa dilakukan dengan tangan. Namun apabila batang sudah terlalu keras,
sebaiknya gunakan pisau atau gunting. Untuk mengatur ketinggian tanaman tomat,
ujung tanaman bisa dipotong. Pemotongan ujung tanaman dilakukan setelah
terlihat jumlah dompolan buah sekitar 5-7 buah.
d)
Pemupukan
tambahan
Pada
budidaya tomat organik, semprotkan pupuk organik cair
yang mempunyai kandungan kalium tinggi pada saat tanaman akan berbunga dan
berbuah (fase generatif). Penyemprotan bisa dilakukan setiap minggu. Harus
diperhatikan, pupuk organik cair harus diencerkan terlebih dahulu, 1 liter
pupuk cair dengan 100 liter air. Penting untuk dicatat, konsentrasi pupuk
organik cair tidak boleh melebihi 2%. Selain itu, kita bisa menambahkan pupuk
kandang atau kompos setelah tanaman berumur 2-3 minggu dengan dosis satu gengam
tangan per tanaman.
Untuk
budidaya tomat non-organik, pada usia satu minggu berikan campuran urea dan KCl
dengan perbandingan 1:1 sebanyak 1-2 gram per tanaman. Kemudian setelah umur
2-3 minggu berikan kembali urea dan KCl sebanyak 5 gram per tanaman. Bila pada
umur lebih dari 4 minggu tanaman masih terlihat kurang gizi berikan urea dan
KCl sebanyak 7 garm per tanaman. Perhatikan, pemberian urea dan KCl jangan
sampai mengenai tanaman karena bisa melukai tanaman tersebut. Berikan jarak 5-7
cm dari tanaman.
e)
Penyiraman
dan pengairan
Tanaman
tomat tidak terlalu banyak membutuhkan air, namun jangan sampai kekurangan.
Kelebihan air dalam budidaya tomat membuat pertumbuhan vegetatif (daun dan
batang) yang subur tetapi akan menghambat fase generatif. Sebaliknya, kekuranga
air yang berkepanjangan bisa menyebabkan pecah-pecah pada buah tomat yang
dihasilkan.
Kekeringan
yang panjang bisa menyebabkan kerontokan bunga. Penyiraman hendaknya
disesuaikan dengan kondisi cuaca. Bila curah hujan cukup relatif tidak perlu
lagi penyiraman. Justru yang harus diperbaiki adalah saluran drainase agar air
tidak menggenang disekitar areat tanaman. Pada musim kemarau, penyiraman bisa
dilakukan pada pagi hari. Cegah jangan sampai tanah retak-retak kekeringan.
f)
Pemasangan
lenjeran
Pemasangan
lenjeran atau ajir bertujuan sebagai tempat mengikatkan tanaman agar tidak
roboh. Lenjeran dibuat dari bambu sepanjang 1,5-2 meter. Lenjeran ditancapkan
pada jarak sekitar 10-20 cm dari tanaman. Lenjeran bisa dibiarkan tegak mandiri
atau ujungnya diikatkan dengan lenjeran lain yang berdekatan. Pengikatan ujung
berguna untuk memperkokoh posisi lenjeran.
Pemasangan
lenjeran hendaknya sedini mungkin untuk mencegah luka pada akar tanaman akibat
penancapan. Tanaman yang masih kecil akarnya belum menyebar kemana-mana
sehingga kemungkinan tertancap kecil. Luka pada akar yang diakibatkan tusukan
lenjeran bisa menghambat pertumbuhan dan mengundang penyakit.
Pemasangan
lenjeran dilakukan setelah tinggi tanaman berkisar 10-15 cm. Ikatkan tanaman
tomat dengan tali plastik pada lenjeran. Model ikatan sebaiknya berbentuk angka
8 agar batang tomat tidak terluka karena bergesekan dengan tiang lenjeran.
Ikatan hendaknya jangan terlalu kuat agar tidak menghambat pembesaran batang.
Setelah itu, setiap tanaman bertambah tinggi 20 cm ikatkan batang tanaman
dengan tali plastik pada lenjeran.
F. Pengendalian hama dan
penyakit
1. Ulat Tanah
Ulat tanah tanaman tomat adalah Agrotis ipsilon. Hama jenis ini menyerang tanaman tomat di malam hari, sedangkan siang harinya bersembunyi di dalam tanah atau di balik mulsa PHP. Ulat tanah menyerang batang tanaman muda dengan cara memotongnya, sehingga sering dinamakan ulat pemotong. Cara pengendaliannya dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.
2. Ulat Grayak
Ulat grayak tanaman tomat adalah Spodoptera litura. Ulat grayak menyerang daun tanaman tomat bersama-sama dalam jumlah sangat banyak, ulat ini biasanya menyerang di malam hari dengan cara memakan daun dan buah tomat. Gejala pada daun berupa bercak-bercak putih berlubang, sedangkan buahnya ditandai adanya lubang tidak beraturan di setiap permukaan buah. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
3. Ulat Buah
Ulat buah tanaman tomat adalah Heliotis armigera. Bagian tubuh hama ini diselimuti kutil. Ulat menyerang tanaman tomat dengan cara mengebor buah sambil memakannya sehingga buah terserang berlubang. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
4. Kutu Daun
Kutu daun tanaman tomat adalah Myzus persiceae. Kutu mengisap cairan tanaman tomat terutama daun muda, kotorannya berasa manis sehingga menggundang semut. Serangan parah menyebabkan daun mengalami klorosis (kuning), menggulung dan mengeriting, akhirnya tanaman tomat menjadi kerdil. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan.
5. Kutu Kebul
Kutu kebul tanaman tomat adalah Bemisia tabaci. Hama berwarna putih, bersayap dan tubuhnya diselimuti serbuk putih seperti lilin. Kutu kebul menyerang dan menghisap cairan sel daun tanaman tomat sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan.
6. Lalat Buah
Lalat buah tanaman tomat adalah Dacus dorsalis. Lalat betina dewasa menyerang buah tomat dengan cara menyuntikkan telurnya ke dalam buah tomat, kemudian telur berubah menjadi larva, telur-telur ini akhirnya menggerogoti buah tomat sehingga buah tomat menjadi busuk. Pengendalian lalat buah dapat menggunakan perangkap lalat (sexpheromone), caranya : metil eugenol dimasukkan botol aqua yang diikatkan pada bambu dengan posisi horisontal, atau dapat pula menggunakan buah-buahan yang aromanya disukai lalat (misal nangka, timun) kemudian dicampur insektisida berbahan aktif metomil. Selain itu, dapat dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan.
7. Nematoda
Nematoda tanaman tomat adalah Meloidogyne incognita. Serangan nematoda ditandai adanya bintil-bintil pada akar. Nematoda merupakan cacing tanah berukuran sangat kecil, hama ini merupakan cacing parasit penyerang bagian akar tanaman tomat. Bekas gigitan cacing akhirnya menyebabkan serangan sekunder, seperti layu bakteri, layu fusarium, busuk phytopthora atau cendawan lain penyerang akar. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.
PENYAKIT TANAMAN TOMAT
1. Rebah Semai
Rebah semai tanaman tomat adalah Pythium debarianum. Rebah semai biasa menyerang tanaman tomat pada fase pembibitan dan tanaman muda setelah pindah tanam. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf. Dosis ½ dosis terendah yang tertera pada kemasan.
2. Layu Bakteri
Bakteri penyebab layu tanaman tomat adalah Pseudomonas sp. Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, tanaman tomat terserang mengalami kelayuan daun, diawali dari daun-daun muda. Upaya pengendalian antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
3. Layu Fusarium
Cendawan penyebab layu tanaman tomat adalah Fusarium oxysporum. Tanaman tomat terserang mengalami kelayuan dimulai daun-daun tua, kemudian menyebar ke daun-daun muda dan menguning. Upaya pengendaliannya dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
4. Busuk Phytopthora
Penyakit busuk tanaman tomat adalah Phytopthora infestans. Penyakit ini dapat menggagalkan budidaya tomat karena menyerang semua bagian tanaman. Batang terserang ditandai bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan. Serangan serius menyebabkan tanaman tomat layu. Daun tomat terserang seperti tersiram air panas. Buah terserang ditandai bercak kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
5. Bercak Bakteri
Bercak bakteri tanaman tomat adalah bakteri Xanthomonas vesicatoria, berkembang pesat terutama pada musim hujan. Serangan ditandai adanya bercak berwarna gelap mengkilap. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.
6. Bercak Daun Septoria
Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan Septoria lycopersici. Cendawan menyerang semua fase pertumbuhan. Gejala serangan berupa bercak-bercak berwarna coklat yang akhirnya berubah keabu-abuan pada permukaan daun bagian bawah, tepi daun berwarna hitam. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.
7. Lunak Bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri Erwinia carotovora. Serangan pada daun ditandai adanya bercak berair disertai perubahan warna daun menjadi kecoklatan, terutama daun segar, serangan pada batang menyebabkan tanaman tomat roboh. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.
8.
PENYAKIT TANAMAN TOMAT
1. Rebah Semai
Rebah semai tanaman tomat adalah Pythium debarianum. Rebah semai biasa menyerang tanaman tomat pada fase pembibitan dan tanaman muda setelah pindah tanam. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf. Dosis ½ dosis terendah yang tertera pada kemasan.
2. Layu Bakteri
Bakteri penyebab layu tanaman tomat adalah Pseudomonas sp. Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, tanaman tomat terserang mengalami kelayuan daun, diawali dari daun-daun muda. Upaya pengendalian antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
3. Layu Fusarium Cendawan penyebab layu tanaman tomat adalah Fusarium oxysporum. Tanaman tomat terserang mengalami kelayuan dimulai daun-daun tua, kemudian menyebar ke daun-daun muda dan menguning. Upaya pengendaliannya dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
4. Busuk Phytopthora
Penyakit busuk tanaman tomat adalah Phytopthora infestans. Penyakit ini dapat menggagalkan budidaya tomat karena menyerang semua bagian tanaman. Batang terserang ditandai bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan. Serangan serius menyebabkan tanaman tomat layu. Daun tomat terserang seperti tersiram air panas. Buah terserang ditandai bercak kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
5. Bercak Bakteri
Bercak bakteri tanaman tomat adalah bakteri Xanthomonas vesicatoria, berkembang pesat terutama pada musim hujan. Serangan ditandai adanya bercak berwarna gelap mengkilap. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.
6. Bercak Daun Septoria
Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan Septoria lycopersici. Cendawan menyerang semua fase pertumbuhan. Gejala serangan berupa bercak-bercak berwarna coklat yang akhirnya berubah keabu-abuan pada permukaan daun bagian bawah, tepi daun berwarna hitam. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.
7. Lunak Bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri Erwinia carotovora. Serangan pada daun ditandai adanya bercak berair disertai perubahan warna daun menjadi kecoklatan, terutama daun segar, serangan pada batang menyebabkan tanaman tomat roboh. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.
8. Virus
Ulat tanah tanaman tomat adalah Agrotis ipsilon. Hama jenis ini menyerang tanaman tomat di malam hari, sedangkan siang harinya bersembunyi di dalam tanah atau di balik mulsa PHP. Ulat tanah menyerang batang tanaman muda dengan cara memotongnya, sehingga sering dinamakan ulat pemotong. Cara pengendaliannya dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.
2. Ulat Grayak
Ulat grayak tanaman tomat adalah Spodoptera litura. Ulat grayak menyerang daun tanaman tomat bersama-sama dalam jumlah sangat banyak, ulat ini biasanya menyerang di malam hari dengan cara memakan daun dan buah tomat. Gejala pada daun berupa bercak-bercak putih berlubang, sedangkan buahnya ditandai adanya lubang tidak beraturan di setiap permukaan buah. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
3. Ulat Buah
Ulat buah tanaman tomat adalah Heliotis armigera. Bagian tubuh hama ini diselimuti kutil. Ulat menyerang tanaman tomat dengan cara mengebor buah sambil memakannya sehingga buah terserang berlubang. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
4. Kutu Daun
Kutu daun tanaman tomat adalah Myzus persiceae. Kutu mengisap cairan tanaman tomat terutama daun muda, kotorannya berasa manis sehingga menggundang semut. Serangan parah menyebabkan daun mengalami klorosis (kuning), menggulung dan mengeriting, akhirnya tanaman tomat menjadi kerdil. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan.
5. Kutu Kebul
Kutu kebul tanaman tomat adalah Bemisia tabaci. Hama berwarna putih, bersayap dan tubuhnya diselimuti serbuk putih seperti lilin. Kutu kebul menyerang dan menghisap cairan sel daun tanaman tomat sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan.
6. Lalat Buah
Lalat buah tanaman tomat adalah Dacus dorsalis. Lalat betina dewasa menyerang buah tomat dengan cara menyuntikkan telurnya ke dalam buah tomat, kemudian telur berubah menjadi larva, telur-telur ini akhirnya menggerogoti buah tomat sehingga buah tomat menjadi busuk. Pengendalian lalat buah dapat menggunakan perangkap lalat (sexpheromone), caranya : metil eugenol dimasukkan botol aqua yang diikatkan pada bambu dengan posisi horisontal, atau dapat pula menggunakan buah-buahan yang aromanya disukai lalat (misal nangka, timun) kemudian dicampur insektisida berbahan aktif metomil. Selain itu, dapat dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan.
7. Nematoda
Nematoda tanaman tomat adalah Meloidogyne incognita. Serangan nematoda ditandai adanya bintil-bintil pada akar. Nematoda merupakan cacing tanah berukuran sangat kecil, hama ini merupakan cacing parasit penyerang bagian akar tanaman tomat. Bekas gigitan cacing akhirnya menyebabkan serangan sekunder, seperti layu bakteri, layu fusarium, busuk phytopthora atau cendawan lain penyerang akar. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.
PENYAKIT TANAMAN TOMAT
1. Rebah Semai
Rebah semai tanaman tomat adalah Pythium debarianum. Rebah semai biasa menyerang tanaman tomat pada fase pembibitan dan tanaman muda setelah pindah tanam. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf. Dosis ½ dosis terendah yang tertera pada kemasan.
2. Layu Bakteri
Bakteri penyebab layu tanaman tomat adalah Pseudomonas sp. Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, tanaman tomat terserang mengalami kelayuan daun, diawali dari daun-daun muda. Upaya pengendalian antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
3. Layu Fusarium
Cendawan penyebab layu tanaman tomat adalah Fusarium oxysporum. Tanaman tomat terserang mengalami kelayuan dimulai daun-daun tua, kemudian menyebar ke daun-daun muda dan menguning. Upaya pengendaliannya dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
4. Busuk Phytopthora
Penyakit busuk tanaman tomat adalah Phytopthora infestans. Penyakit ini dapat menggagalkan budidaya tomat karena menyerang semua bagian tanaman. Batang terserang ditandai bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan. Serangan serius menyebabkan tanaman tomat layu. Daun tomat terserang seperti tersiram air panas. Buah terserang ditandai bercak kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
5. Bercak Bakteri
Bercak bakteri tanaman tomat adalah bakteri Xanthomonas vesicatoria, berkembang pesat terutama pada musim hujan. Serangan ditandai adanya bercak berwarna gelap mengkilap. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.
6. Bercak Daun Septoria
Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan Septoria lycopersici. Cendawan menyerang semua fase pertumbuhan. Gejala serangan berupa bercak-bercak berwarna coklat yang akhirnya berubah keabu-abuan pada permukaan daun bagian bawah, tepi daun berwarna hitam. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.
7. Lunak Bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri Erwinia carotovora. Serangan pada daun ditandai adanya bercak berair disertai perubahan warna daun menjadi kecoklatan, terutama daun segar, serangan pada batang menyebabkan tanaman tomat roboh. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.
8.
PENYAKIT TANAMAN TOMAT
1. Rebah Semai
Rebah semai tanaman tomat adalah Pythium debarianum. Rebah semai biasa menyerang tanaman tomat pada fase pembibitan dan tanaman muda setelah pindah tanam. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf. Dosis ½ dosis terendah yang tertera pada kemasan.
2. Layu Bakteri
Bakteri penyebab layu tanaman tomat adalah Pseudomonas sp. Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, tanaman tomat terserang mengalami kelayuan daun, diawali dari daun-daun muda. Upaya pengendalian antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
3. Layu Fusarium Cendawan penyebab layu tanaman tomat adalah Fusarium oxysporum. Tanaman tomat terserang mengalami kelayuan dimulai daun-daun tua, kemudian menyebar ke daun-daun muda dan menguning. Upaya pengendaliannya dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
4. Busuk Phytopthora
Penyakit busuk tanaman tomat adalah Phytopthora infestans. Penyakit ini dapat menggagalkan budidaya tomat karena menyerang semua bagian tanaman. Batang terserang ditandai bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan. Serangan serius menyebabkan tanaman tomat layu. Daun tomat terserang seperti tersiram air panas. Buah terserang ditandai bercak kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
5. Bercak Bakteri
Bercak bakteri tanaman tomat adalah bakteri Xanthomonas vesicatoria, berkembang pesat terutama pada musim hujan. Serangan ditandai adanya bercak berwarna gelap mengkilap. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.
6. Bercak Daun Septoria
Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan Septoria lycopersici. Cendawan menyerang semua fase pertumbuhan. Gejala serangan berupa bercak-bercak berwarna coklat yang akhirnya berubah keabu-abuan pada permukaan daun bagian bawah, tepi daun berwarna hitam. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.
7. Lunak Bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri Erwinia carotovora. Serangan pada daun ditandai adanya bercak berair disertai perubahan warna daun menjadi kecoklatan, terutama daun segar, serangan pada batang menyebabkan tanaman tomat roboh. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.
8. Virus
Virus merupakan penyakit yang paling
banyak menggagalkan budidaya tomat. Virus tanaman tomat diantaranya ToMV, PVX,
TMV dan CMV. Virus merupakan penyakit yang sangat berpotensi menimbulkan
kegagalan terutama pada musim kemarau. Gejala serangan umumnya ditandai
pertumbuhan tanaman tomat mengerdil, daun mengeriting dan terdapat bercak
kuning kebasah-basahan. Penyakit virus sampai saat ini belum ditemukan
penangkalnya. Penyakit virus ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain
melalui vektor atau penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi menjadi
penular virus diantaranya thrips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau. Manusia
dapat juga berperan sebagai penular virus, baik melalui alat-alat pertanian
maupun tangan terutama saat perempelan.
G.Pemanenan budidaya tomat
Budidaya
tomat baru bisa dipanen 60-100 hari setelah tanam, tergantung dari varietasnya.
Penentuan waktu panen berdasarkan umur tanaman kadang kala tidak efektif.
Sebaiknya gunakan pengamatan fisik terhadap tanaman. Tanaman tomat sudah
dikatakan siap panen apabila kulit buah berubah dari hijau menjadi
kekuning-kuningan, bagian tepi daun menguning dan bagian batang mengering.
Pemetikan
hendaknya dilakukan di pagi atau sore hari karena pada siang hari tanaman masih
melakukan fotosintesis. Pada keadaan demikian penguapan sedang tingi-tingginya
sehingga buah tomat yang dipetik akan cepat layu. Pemanenan bisa dilakukan
setiap 2-3 hari sekali. Di Indonesia produktivitas tanaman tomat secara
rata-rata mencapai 15,84 ton per hektar. Namun untuk varietas tertentu dan
didaerah-daerah tertentu bisa mencapai 25-30 ton per hektar.
Comments