Cerita Untuk Drama
Dia mataku.
Dibuat Oleh : Dewi Amalia
Cats: Kevin bramasta, Naufal
bramasta, Aldrine jittery, Chelsea
wiranegara, Stemi shelter, Stemily shelter, Cathrin agrarian.
è
Sepasang
anak manusia tengah berjalan beriringan di setapak koridor-koridor sekolah
mereka. Kevin bramasta dan Aldrine jittery.
“
Aldrine kamu harus percaya. Aku engga mungkin bohong sama kamu” Kevin berjalan
cepat melewati cewek yang dipanggilnya sebagai Aldrine. Cowok itu merentantakan
kedua tangannya untuk menghalangi langkah cewek tersebut.
“ Kamu
tahu, otakku ini hampir pecah gara-gara denger fiction dari mulut duck kamu,
udahlah engga usah ngarang cerita kalo kamu itu bisa baca pikiran orang lain.
Emangnya kamu itu lahir di abad ke berapa!” teriak Aldrine dalam satu tarikan
napas, matanya melotot seperti mau keluar.
‘ Oh
god, this is like korean drama yang sering aku lihat. Mana mungkin ada orang
yang bisa baca pikiran orang lain, apa dia keturunan dukun?’ batinnya kesal.
“ Aku
bukan dukun, masa ada dukun setampan aku” cerca Kevin menjawab pertanyaan yang
ada di pikiran cewek itu sembari mengeluarkan smirk khas miliknya. Membuat
Aldrine atau yang lebih akrab disapa Rin itu menganga tak percaya.
“ Jadi
kamu percaya sekarang?” ucap Kevin menatap kedua manik mata Rin lekat-lekat.
“ I-itu
pasti sebuah kebetulan!” elak Rin cepat dan pergi meninggalkan Kevin yang
menatapnya tak percaya. Sesulit itukah hanya untuk meyakinkan Rin bahwa ia
mendapat kutukan seperti itu.
Ah,
bisakah hal semacam itu disebut sebagai kutukan? Ini adalah keajaiban dan
kelebihan yang diberikan Tuhan kepadanya. Tetapi Kevin menganggapnya sebagai
kutukan. Kutukan yang membuat Rin jadi menghindar karena takut kepadanya.
“ Rin,
ayolah dengerin dulu penjelasan-ku!” pinta Kevin sembari berlari menghampiri
Rin yang sudah terlampau jauh di depannya.
Rin
menghentikan langkahnya, kemudian menghembuskan napas kesal. Penjelasan?
Bukankah itu terlihat seperti bahwa mereka sedang berpacaran lalu Rin merajuk
kepada Kevin pacarnya, sehingga Kevin mati-matian mendekati Rin hanya untuk
mengatakan kalimat demi kalimat yang membuat kepala Rin rasanya seperti ingin
meledak.
“ Aku
jelasin semuanya dulu. Jangan nyelonong pergi gitu dong. Duduk situ!” perintah
Kevin menarik tubuh Rin agar duduk di bangku yang tak jauh dari tempat mereka
saat ini.
“ 3 hari
lalu aku mimpi aneh..”
“ Mimpi
apa?” tanya Aldrine penasaran.
“
Makannya diem dulu, bukannya kamu yang duck disini?” ucap Kevin tidak sabar.
Rin hanya melipat kedua tangannya di depan dada dan mulai mendengar cerita
Kevin.
“ Aku
masih bingung deh” ujar Aldrine sembari
menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.
“ Apa
lagi aku, aku bingung. Apa ini kutukan?” Kevin mengikuti postur Rin yang
melipat kedua tangannya di depan dada. Rin menggeleng-gelengkan kepalanya
berusaha menyangkal.
“ Oh ya
Rin. Jangan kasih tahu ini ke siapapun, ngerti!”
“ Ya,
tenang aja”
“ Rin”
panggil Kevin lagi. Yang hanya dibalas deheman kecil oleh Rin yang nampaknya
masih sedikit menimang-nimang cerita temannya tadi.
“
Chelsea bener-bener mau jadi temen kamu ko” ucap Kevin tanpa menoleh kearah
Aldrine yang menatapnya bingung.
‘ Dari
mana dia tahu? Ah ya diakan punya..” Aldrine menggeleng-gelengkan kepalanya
lagi. Otaknya seperti benar-benar akan pecah.
“ Aku
tahu kamu masih trauma sama kelakuan Cathrin kan? Tapi yakin deh, Chelsea
bener-bener tulus pengin temenan sama kamu” ucap Kevin meyakinkan Aldrine bahwa
yang selama ini Aldrine pikirkan tentang Chelsea kalo anak itu cuma manfaatin
dia aja kaya Cathrin yang udah-udah itu salah.
Aldrine
mengangguk sebagai jawaban dari ‘ ya, kamu bener’.
“ Move
on aja dari temen kaya Cathrin yang engga pantes kamu bela-bela terus. Mending
lihat yang udah pasti saja” Kevin melanjutkan khotbah paginya sembari tersenyum
tulus.
“ Ya”
jawab Aldrine enteng.
“ Jangan
Cuma , iya iya aja dong. Kamu itu terlalu cuek dan engga peka tahu!”
“ Iya
Kevin bramasta, aku bakal lakuin apa yang kamu suruh tadi. Puas!” seru Aldrine
tepat di samping telinga Kevin, membuat cowok itu harus menutup telinganya
rapat-rapat, walaupun ia tahu kalo itu adalah sebuah kesia-siaan karena Aldrine
terlalu cepat berteriak di telinga kanannya itu.
***
“
Aldrine?” panggil seorang anak cewek pada Rin yang ternyata sedang melamun di
dalam kelas.
“ Are
you okay, Rin?” tanya cewek itu, Chelsea khawatir..
“ Ah,
sorry. Yes i’m okay” Rin mengerjap-erjapkan matanya setelah tersadar oleh
ucapan Chelsea yang berhasil membangunkannya dari lamunan tadi.
“ What
you feels sick?” tanya Chelsea lagi. Aldrine menggeleng malas.
“ You
look sick Aldrine” tutur cewek itu entah untuk yang kesekian kalinya terus
berbicara bahwa Aldrine itu sedang sakit.
“ No!
Aku baik-baik aja Chelsea!” ucap Rin kesal dan cukup terdengar seperti
membentak. Chelsea menundukkan wajahnya, tidak berani berkata lagi. Ia merasa
bersalah karena selalu membuat Aldrine marah dan kesal karena tinggahnya yang
keterlaluan itu, tapi sungguh ia hanya mengkhawatirkan Aldrine dan ingin agar
cewek itu menjadi temannya disini.
“
Chelsea, kalo kamu mau jadi temen aku. Kamu harus tahu beberapa hal tentangku”
ucap Aldrine datar, tetapi terdengar sangat indah bagi Chelsea dan membuat
cewek baru itu menoleh cepat kepada Aldrine yang sedang menatap lurus ke papan
tulis di depan sana.
“ Apa?”
tanya Chelsea matanya berbinar.
“ Aku
itu cuek, engga terlalu suka basa-basi, dan bener-bener ngeselin. Apa kamu
bener-bener mau jadi temenku?” tanya Aldrine sedikit melirik ke arah Chelsea
yang menatapnya dengan mata yang berbinar, dapat terlihar dari ekor mata
miliknya.
“ Ya,
tentu aku mau” jawab Chelsea mengangguk senang, kemudian merangkul bahu kecil
milik teman barunya itu.
***
“
Aldrine Kevin, kalian mau ke perpus engga?” tanya Chelsea kepada Aldrine yang
terlihat sedang asik ngobrol bareng Kevin di depan kelas.
Aldrine
nampak berpikir sejenak.
“ Udah
terima aja tawaran temen baru kamu itu. Lagi pula kamukan udah lama engga ke
perpus. Terakhir kesana aja kamu engga ingat entah udah 5 atau 7 bulan yang
lalu” ucap Kevin menarik tangan Aldrine supaya cewek itu berdiri.
“
Beneran?” tanya Chelsea tak percaya. Kevin mengangguk antusias.
“ Kamu
juga Kevin, ayo!” ajak Chelsea yang sudah menggait lengan Aldrine dalam
genggemannya. Seketika senyum yang tertera di wajah Kevin hilang seketika
mendengar ajakan dari temannya itu.
“
Tapikan aku cowok, aku mau main bola aja deh” tolaknya kemudian berbalik
mencoba menghindar dari ajakan temannya itu. Ah, sialnya tangannya langsung di
gait oleh Aldrine dan menariknya untuk ikut ke perpus.
“ Ayo
tampan, kamu mau pergi kemana huh!” ucap Chelsea mengeluarkan senyum
kemenangannya. Chelsea hanya terkekeh pelan melihat tingkah kedua teman barunya
yang selalu bisa membuatnya tertawa itu.
Mereka
sampai di perpus dan Chelsea mulai melihat-lihat buku yang ada di dalam
perpustakaan sekolah itu. Sedangkan kedua temannya, Rin dan Kevin hanya duduk
manis sembari menopang dagu dan melihat tangan di atas meja baca perpus
bersebelahan.
Mata
Chelsea tertuju pada sebuah buku yang sepertinya berhasil menarik perhatiannya.
Buku dengan cover berwarna pink dengan judul ‘ Dealova’ berhasil menarik
dirinya untuk membaca buku itu lebih lanjut.
***
Aldrine
dan Kevin berangkat lebih pagi bari ini. Ya 10 menit lebih awal, dan gadis itu
masih tampak sedikit menguap dan mencoba membuka lebar-lebar matanya untuk
menahan kantuk.
“ Rin,
lo kenapa sih? Jelek banget, lagi olahraga muka apa?” tanya Kevin sarkastik, ia
mendorong dahi Aldrine dengan jari telunjuknya.
“ Shutt,
ini itu gara-gara kamu yang nyampernya kepagian tau” Aldrine mengerucutkan
bibir tipisnya dan segera menepis tangan Kevin dari jidatnya.
“
Kepagian? Oh my god, my girlfriend! Apanya kepagian coba? Lihat udah banyak
anak yang berangkatkan?” Kevin mengacak-acak tatanan rambut Aldrine dengan
tidak berperasaan sampai berantakan tak berwujud rambut lagi.
“ Kevin!
Stop it!!” teriak Aldrine kesal, ia menjambak rambut hitam milik teman
laki-lakinya itu.
“ Apa,
apa? Oh Aldrine-ku, pipi kamu bersemu merah kaya kepiting rebus tuh” ucap Kevin
membuat Aldrine semakin kesal dan menutup kedua pipinya yang memanas.
“ Apa
kamu bilang? Aku bikin kamu malu dan salah tingkah?” tanya Kevin sembari
menyenggol-nyenggol bahu Aldrine tanpa memperdulikan tatapan tajam dari cewek
disampingnya itu.
Oh, sial
dan sial. Aldrine melupakan sesuatu, bahwa dia tidak boleh memikirkan hal-hal
aneh yang akan menurunkan derajatnya di mata Kevin, ia lupa bahwa Kevin punya
kelainan di dalam matanya.
“ Apa?!
Kelainan! Kelainan apa maksud kamu!!” teriak Kevin sangat keras, bahkan hampir
menjebolkan pertahanan pendengarannya dan membuat telinganya itu menjadi tidak
normal.
Ah, dia
salah lagi!!
‘ aku
benar-benar akan gila dibuatnya!’ batin Aldrine lagi.
“ Ya,
kamu emang udah gila Rin. Kamu gila karena pesona ketampananku ini” ucap cowok
berkulit putih itu membanggakan dirinya dengan sangat percaya diri.
“ Ya!
Kevin berhenti membaca pikiranku!!” teriak Aldrine sembari menutup kedua mata
dengan tangannya dan melangkah menghindari Kevin yang masih tertawa bahagia
itu.
***
Hari ini
mapel Biologi pada jam pelajaran pertama dan kedua. Para siswa diberi tugas
untuk memberikan artikel semacam skripsi pendek yang ditulis tangan pada sebuah
benda yang sudah disediakan oleh guru mereka.
Tugas
ini kelompok, dan setiap kelompk terdiri dari 2 anak. Tentu saja, Aldrine dan
Naufal menjadi satu kelompok seperti biasa. Guru biologi itu mendekat ke arah
meja Aldrine dan Naufal lalu memberikan sebotol air jernih kepada mereka
berdua.
Perlukah
dijelaskan tentang siapa Naufal bramasta itu. Dari namanya saja sudah bisa
ditebak bahwa ia memiliki hubungan sendiri dengan Kevin bramasta. Naufal,
seorang cowok yang dikenalkan oleh Kevin sejak pertama kali Aldrine dekat
dengan Kevin, sekitar 3 tahun yang lalu, minggu ke 2 setelah MOS di smp sekolah
mereka.
Masing-masing siswa mendapat
benda yang berbeda untuk di amati. Seperti cairan sirup, alkohol, cuka, jahe
atau benda-benda lainnya. Kali ini Aldrine dan Naufal menjadapatkan cairan
inpus yang biasa digunakan di rumah sakit.
“Oh god, what it Naufal?” tanya Aldrine
skeptis sambil mengangkat botol berisi cairan inpus itu.
“ Cairan intravena, itu saja tidak tahu” jawab Naufal seadanya tanpa menurunkan lipatan
tangannya di depan dada.
“Aku tahu. Semacam isotonik, hipotonik atau
hipertonik kan?” ucap Aldrine dengan
ketus kemudian meletakkan botol itu
ketempat semula.
‘Kenapa Naufal cuek seperti itu?’ batinnya kecewa.
“Yup. Dengan rumus Ttpm menggunakan makro dengan 60
tetes per mili liter,” tambah Naufal dengan angkuh
dan serius membuka buku yang telah dipinjamnya dari perustakaan.
“ Aku tahu.
Kamu pikir aku bodoh? Itu untuk anak-anak. Untuk dewasa 20 tetes,”
desis Aldrine tak kalah angkuh
kemudian mulai menulis sesuatu pada kertas HVS yang menjadi papan sebagai
garapannya kali ini.
“Kamu tahu?”
tanya Naufal dengan
tatapan tidak percaya.
“ Ya, dengan sangat. Aku cuma
ngecek kecerdasan kamu aja”
“Semacam
itulah, Youth Red Cross maksudku” Naufal kembali fokus
pada bukunya.
***
Aldrine
membuka pintu toilet dan terkejut melihat beberapa murid perempuan sedang
berkumpul mengelilingi satu orang. Terlebih lagi ada Cathrin diantara murid perempuan itu.
Aldrine berjalan mendekat, mencoba melihat siapa
yang sedang mereka kelilingi.
“ Ya!! Stemi shelter!
Jadi Kamu tidak mendengarkan kami ya?! Kamu pikir peringatan kami kemarin hanya
lelucon?! Kamu. . .masih berani menyebarkan berita busuk di facebook
mu!” salah
satu dari murid perempuan itu membentak Stemi
dengan emosi.
Aldrine jelas terkejut melihat cewek bernama Stemi yang hanya diam, sementara
Aldrine ingat sekali apa yang dikatakan Stemi beberapa hari yang lalu kepadanya
padanya.
“Hari ini para senior tiba-tiba mendatangi
ku dan mengatakan bahwa aku menyebar berita bohong tentang Rafa senior. Mereka membawaku ke taman belakang
sekolah dan mendorongku ke tanah dengan kasar. Inilah dari mana datangnya luka
ini. Padahal apa yang mereka tuduhkan tidak
benar. Aku, bukan orang yang mereka maksud. Aku bahkan tidak mengetahui apapun
tentang senior Rafa flawed. Yang mereka cari itu sebenarnya Stemily shelter, saudara kembarku. Dan kenapa aku bertanya
pada kakak
tentang Cathin agrarian,
aku melihat nama itu di salah satu nametag senior yang membawaku ke taman
sekolah”
Aldrine tersadar
saat murid-murid perempuan itu siap mengunci Stemi
di kamar mandi. Dan tepat saat Stemi ditarik paksa masuk ke dalam kamar mandi,
tatapan Aldrine dan Stemi bertemu. Stemi
menggeleng, menatap Aldrine seolah mengatakan aku baik-baik saja.
Pikiran Aldrine terpaku bingung. Jika ia hanya diam
melihat Stemi diperlakukan kasar seperti ini, ia tidak yakin hatinya akan
tenang. Walaupun di awal pertemuan mereka Aldrine tidak begitu menganggap Stemi.
Tapi
sekarang walau bagaimanapun juga ia sebagai kakak
kelas harus bisa menjaga adik juniornya dari pembulian tak berdasar ini dan
Aldrine sudah bertema baik dengan adik kelasnya itu.
“Hentikan!”
sontak semua murid perempuan yang baru saja mendorong tubuh Stemi ke dalam
kamar mandi menoleh ke belakang.
Cathrin terkejut melihat Aldrine yang berdiri di
belakang mereka dan berteriak beberapa saat yang lalu. Aldrine melangkah maju
sambil menatap Stemi, ia berhenti sejenak kemudian mengalihkan tatapannya ke
semua murid perempuan itu –termasuk Cathrin– dengan sedikit ekspresi wajah yang
angkuh.
Aldrine tak mempedulikan Cathrin yang menatapnya
heran, dan langsung menarik lengan Stemi, membawa gadis itu keluar dari kamar
mandi.
“ Hey!!”
teriak Cathrin keras kepada
mereka berdua.
***
Ia menoleh ke samping, mengamati Naufal yang berjalan mengikuti langkahnya. Cowok
itu tidak berhenti tersenyum sejak dirinya tahu bahwa Aldrine menolong orang
lain. Lihat
saja sekarang, Naufal bahkan sampai benar-benar mengekori arah kakinya
melangkah. Ekspresi Naufal berubah
terkejut saat kaki yang dilihatnya tiba-tiba saja berhenti melangkah.
“Aldrine, kenapa berhenti?” Naufal bertanya dengan
wajah polos.
“ Apa
jika aku berlari, matamu akan keluar dan ikut berlari mengikuti langkahku?!
Berhenti memperhatikan langkahku!” seru Aldrine kesal.
Naufal terkekeh mendengar omelan Aldrine. “ Baiklah, maafkan aku. Ayo cepat jalan lagi,
kita
bisa terlambat nanti.” Aldrine
langsung berjalan kembali tanpa mau mempedulikan Naufal. Sementara Naufal
sendiri masih berdiam diri jauh dibelakang gadis itu. Kembali mengamati langkah
Aldrine.
Naufal tahu, langkah kaki itu terasa sangat berat.
Naufal juga dapat melihat bagaimana Aldrine kebingungan menghadapi Cathrin
nantinya. Dari yang ia degan dari Kevin,
bahwa cewek dihapdannya sekarang itu kemarin baru saja menggagalkan rencana
pembulian -mantan temannya-. Aldrine
belum siap untuk berhadapan dengan temannya itu. Aldrine pasti akan dianggap
pengkhianat.
Ya,
walaupun bukan salahnya jika melakukan tindakan seperti itu, menyelamatkan adik
kelasnya dari amukan geng itu yang marah tanpa alasan yang berkualitas. Bahkan
mereka menyiksa orang yang salah.
Yang
menjadi penghianat disini bukanlah Aldrine, melainkan cewek itu Cathrin ‘
mantan temannya’. Teman yang satu tahun lalu dekat dengannya, bahkan terlihat
sangat lengket itu tiba-tiba meninggalkan Aldrine karena memiliki teman baru,
itu tidak masalah buat Rin. Tetapi fakta bahwa Cathrin yang selama ini menjadi
teman curhatnya itu cuma manfaatin Rin, manfaatin kebaikan da kepintaran cewek
itu.
Mata Naufal melotot kaget saat ada sebuah batu
didepan langkah Aldrine. Ia langsung mengambil
langkah cepat melewati Aldrine sebelum
cewek itu benar-benar terjatuh ke aspal yang kasar.
“Aldrine, kamu baik-baik saja?” kedua tangan Naufal
mencengkram erat kedua sisi lengan Aldrine.
Gadis itu sendiri masih diam karena terkejut. Naufal menunggu respon dari
Aldrine, namun yang ia lihat malah wajah Aldrine yang berubah pucat.
“Aldrine, ayo kita pulang saja. Kita bisa kerjakan tugas itu besok”
Naufal menatap Aldrine dengan cemas.
Aldrine yang sudah tersadar kemudian menggeleng, “ Kenapa aku harus pulang? Aku baik-baik
saja.”
“ Kamu
tidak baik-baik saja, Aldrine” elak Naufal cemas.
“ Ku
bilang, aku baik-baik saja! Kalau kamu mau
pulang, pulang saja sendiri!” Aldrine membentak Naufal dan langsung menepis
tangan cowok itu. Ia berjalan dengan langkah cepat, dan Naufal hanya bisa
kembali menatap punggung Aldrine yang terlihat tak bersemangat.
Tidak bisa, hari ini Naufal harus membantu Aldrine.
Naufal tidak ingin melihat Aldrine terluka. Tugas
yang diberikan oleh guru biologinya itu bisa dikerjakan esok hari. Atau Naufal
bisa mengerjakannya sendiri tanpa perlu bantuan dari Aldrine.
Naufal melangkahkan kakinya
cepat dan melewati cewek itu lagi. Tangannya direntankan, berusaha menghalagi
cewek itu. Aldrine lagi-lagi, kembali terkejut dengan
kemunculan Naufal. Dia menarik nafasnya kemudian berseru “ Apa yang kamu lakukan?! Minggir!”
“ Ayo
kita pergi ke suatu tempat!” Naufal meraih tangan Aldrine dan menariknya dengan
paksa.
“ Are you crazy?! Kita harus ke sekolah mengambil peralatan di ruang labotarium!!
kamu ingin mati, huh?!Lepaskan aku, bodoh!” Aldrine meronta-ronta sambil terus
memaki-maki Naufal. Aldrine
memang sedang merasa bingung, makanya hari ini dia begitu kesal dengan apapun
yang membuatnya semakin kesal.
Pikirannya sibuk memikirkan bagaimana hubungannya
dengan Cathrin. Dan sekarang, Naufal, si pengganggu hidupnya telah sukses
membuat kekesalan Aldrine berada di posisi puncak.
“ Aku
tahu kita harus ke sekolah. Tapi masih ada waktu untuk kesana. Apa kamu mikirin
Cathrin? Dia bahkan engga mikirin kamu, Aldrine kamu engga salah. Yang kamu
lakuin itu bener, kebenaran akan selalu menang, know!” dengan cepat Naufal
telah menarik tangan cewek itu dan mengajaknya berlari menjauhi jalan menuju
sekolah.
“ Untuk hari ini, lepaskan semua yang kamu
pikirkan, berlari seperti ini pasti akan membuat pikiranmu teralihkan. Jadi,
jangan mengatakan lelah dan teruslah berlari, Aldrine!!” Naufal balas berteriak kemudian melepaskan
tangan Aldrine. Ia terus berlari ke depan, membiarkan Aldrine mengambil
keputusan. Memilih untuk melupakan sejenak masalahnya atau berbalik dan kembali
mengambil jalan menuju sekolah.
“ Masih
ada dua jam untuk kembali ke sekolah, Rin!!” setelah Naufal melepas tangan
Aldrine, gadis itu berlari dengan tempo pelan sambil terus menatap punggung
Naufal. Lama-kelamaan ia akhirnya berhenti dan membungkuk dengan kedua tangan
bertumpu pada lututnya. Aldrine mengatur nafasnya –menarik nafas kemudian
menghembuskannya.
***
“
Aldrine?” panggil Kevin pada Aldrine yang
terlihat tengah duduk di teras rumahnya.
“ Eumm”
jawab Aldrine malas.
“ Kamu
kemarin ngapain aja sama Naufal, sampai anak itu pulang sore banget?” tanya
Kevin mencoba untuk basa-basi.
“ Kepo,
emang apa pentingnya buat kamu sih?” Aldrine menatap Kevin jengah.
“ Ya kan
aku pengin tahu aja. Ya kalo engga mau juga engga papa” Kevin menggeleng pelan,
menatap lurus ke rerumputan yang ada di depan rumah sahabatnya kini.
“ Mau denger
saran dari aku engga?” tanya Kevin sarkastik.
“ Apa?”
tanya Aldreni menoleh kepada Kevin lagi dengan penasaran. Kevin memajukan
wajahnya ke telinga Aldrine dan mulai membisikan sesuatu.
“ Ide
bagus. Ya, kita akan lakukan itu” ujar Aldrine mengangguk setuju. Mereka
kemudian bertos bersama.
***
Lemari
kayu kecil berisi penuh dengan novel romantis yang tak pernah absen untuk
dibelinya setiap bulan. Matanya memandang teliti buku-buku yang berjajar rapi
tersebut, smapai akhirnya tangan kanannya mengambil sebuah novel yang berhasil
menarik perhatiannya. I’m with you. Seperti judulnya yang berarti, ‘ aku dengan
mu’ merupakan pemberian dari salah satu temannya yang sama sepertinya,
penggemar novel-novel fiktif.
Naufal,
cowok yang sangat suka membaca sepertinya, tetapi sedikit ada perbedaan. Jika
Aldrine menyukai novel romantis, maka Naufal lebih suka novel dengan cerita
yang keras dan menantang. Penggila buku sejak ia kecil dan sangat berbeda
dengan saudaranya Kevin yang sangat anti dengan sebuah kata ‘ buku’ dalam kamus
hidupnya.
Tangan
kanannya menyentuh cover novel itu.
Sebuah ranting bunga yang melengkung dan daun-daun dengan segala warna
serta beberapa anak burung terlihat sedang terbang di dalam cover berwarna
hijau itu begitu menarik perhatiannya.
Ia
mendudukkan tubuhnya di atas sebuah sofa empuk di ruang tengah rumah kedua
orang tuanya. Seperti kisah cinta berlatar sahabat kebanyakan, dua tokok yang
enggan mengungkapkan kata ‘ cinta’ karena takut merusak persahabatan serta
lebih memilih diam memendam rasa itu sendiri-sendiri.
“ Find
someone who you can love like crazy and who will love you the same way back”
tuturnya dengan sangat lancar membaca kalimat prolog dalam novel itu.
“ Aku
tidak akan menjadi penghalangmu lagi. Aku melepaskanmu untuk mencari
kebahagiaanmu yang lain, kamu sudah banyak menderita karena aku, dan aku akan
merasa sangat berdosa bila hal itu tetap terulang. Jadi sekarang pergilah.
Kejar dan raih semua kebahagiaanmu yang tertunda karena aku. Karena aku tahu,
orang sepertimu pasti memiliki banyak sekali impian dan harapan yang besar
untuk masa depanmu” gumammnya pelan. Sepertinya Aldrine mulai masuk ke dalam
cerita fiktif tersebut.
Ia
mengukir senyuman manisnya, ‘ ini sangat menyentuh’ batinnya tenang.
“
Aldrine? Kamu mau ngajarin aku atau baca
novel sendiri kaya gitu sih?” tanya Chelsea yang sedari tadi duduk di lantai
depan sofa rumahnya. Ah, saking asiknya membaca sampai-sampai ia lupa akan
keberadaan Chelsea yang baru 20 menit lalu datang kerumahnya untuk mengerjakan
tugas bersama.
Aldrine
tersadar dari dunia membacanya, melihat Chelsea yang tengah sibuk membaca-baca
lks milik Aldrine. Cewek itu melepas headset dari telinganya dan menutup novel
gubahan Rayi indriyana itu.
“ Maaf, ah sampai mana kita tadi”
Aldrine turun dari sofanya sembari tersenyum tidak enak. Chelsea menunjuk hasil
pekerjaan yang baru seperempat ia ia kerjakan, pasalnya untuk pelajaran
matematika ini, bisa dikatakan ia selalu angkat tangan pasrah.
“ Ini, barisan bilangan adalah
bilangan-bilangan yang diurutkan dengan aturan tertentu contohnya: Barisan
bilangan cacah, barisan bilangan asli, barisan bilangan ganjil, genap dan
prima. Kamu udah bisa bedain angka-angka sesuai barisan bilangan itu tadikan?”
Aldrine mengajari Chelsea dengan tenang. Cewek itu mengangguk-angguk sebagai
jawaban.
“ Barisan bilangan komposit yaitu
barisan bilangan yang bukan 0, bukan 1 dan bukan prima, contohnya: 4,6,8,9,10
dan seterusnya. Barisan bil kuadrat yaitu barisan bil cacah pangkat 2..”
Aldrine memberikan jeda agar Chelsea bisa mencerna apa yang baru saja
dikatakannya tadi. Setelah melihat anggukan dari kepala Chelsea, Aldrine
melanjutkan monolognya.
“ Dan terakhir adalah barisan
bilangan fibonnaoci yaitu suatu barisan bilangan dimana setelah dua suku
pertama, ingat setelah dua suku pertama ya. Maka suku berikutnya merupakan
jumlah dari dua suku yang mendahuluinya. Ngerti?” ucap Aldrine menyelesaikan
penjelasannya. Kemudian menepuk bahu Chelsea menyadarkan cewek itu dari
lamunannya.
“ Kalo gitu kamu kerjain lagi soal
ini. Nanti tanya aja kalo masih bingung ya, aku mau lanjutin berenang lagi”
Aldreni menyeluarkan senyum simpulnya kemudian mengambil novel dan headphonenya
dari atas sofa dan memulai kegiatan yang tadi sempat terpotong itu. Berenang
menyeberangi isi novelnya.
***
Stemi berlari mendekati sebuah
stasiun kereta tua yang masih sering di gunakan oleh warga di kotanya dengan
napas yang terengah-engah.
“Stemily, kakak.” panggil Stemi sedikit berteriak dengan
sedikit nada khawatir. Stemi berjalan pelan menghampiri ketigaorang itu. Saudara
kembarnya, Aldrine dan Kevin yang tengah ada di dalam kereta tua tersebut. ‘
terserah dimana sih’
Stemily mengangkat kepalanya dan menatap saudari
kembarnya yang sedang berjalan menghampirinya. Gadis itu lalu menoleh ke arah Aldrine dan Kevin yang ternyata sudah menjauh darinya dan sedang asik bercerita bersama.
“ Kamu baik-baik saja? Mereka tidak tahu siapa
dirimu kan? Kenapa mereka bisa bertemu denganmu?” Stemi menanyakan keadaan Stemily
sambil memeriksa seluruh tubuh gadis itu. khawatir Stemily akan mendapat luka. “Stemi..”
“ Anak-anak
itu kenapa menjadi semakin kasar?! Mereka itu kan lebih tua dari kita, tapi
kenapa sifat mereka kekanak-kanakkan sekali?! Aku tidak bisa membiarkan—”
“ Maaf..”
ucapan Stemily membuat semua kata-kata emosi Stemi menghilang. Stemi langsung
menatap Stemily yang sedang memasang wajah menyesal.
“Stemily, apa yang sebenarnya terjadi?” Stemi
kembali bertanya khawatir, namun Stemily hanya diam. Jantung Stemi berdetak
cepat, ia gugup dan takut. Ia tidak pernah melihat saudari kembarnya memasang
ekspresi seperti itu.
“ Maafkan dia Stemi” Aldrine
membuka suaranya yang sempat bungkam tadi, membuat ketiga manusia itu
menatapnya bingung.
“ Kamu
menyayangi dia kan? Ah tidak, maksudku, kalian pasti saling menyayangi.
Walaupun aku hanya seorang anak tunggal yang tidak mempunyai saudara, tapi aku
juga tahu bagaimana perasaan saling menyayangi antara saudara. Jadi, percayalah
padanya dan maafkan dia. Mulutnya akan terbuka jika kamu mengatakan kalimat itu terlebih
dahulu.” Jelas Aldrine dengan tegas.
Stemi kembali melirik Stemily. Ia sedikit tidak
mengerti kenapa permintaan maaf itu harus ia ucapkan terlebih dahulu. Tapi ia
yakin sesuatu yang buruk pasti terjadi.
“ Baiklah, aku memaafkanmu. Sekarang katakan
padaku apa yang sebenarnya terjadi?” Stemi
menatap Stemily dengan tatapan sendu.
“ Semua
yang ku tulis di facebook,
itu semua kesalahanku” Stemily
mulai berbicara, “ Apa?”Stemi menatap kembarannya dengan
ekspresi wajah bingung, “ Kamu tahu Rafa flawed
senior kita? Aku meyukainya dan hubungan kami sangat dekat” Stemily memberikan jeda sejenak, melirik Stemi
dan Aldrine yang masih menatapnya ingin tahu.
“ Aku tidak tahu kalau
banyak senior-senior disini yang menyukai kak Rafa. Mereka tidak suka dengan
kedekatan kami, mereka mengancamku dengan segala hal dan itu membuatku marah, jadi
aku mengupload beberapa foto-ku dengan kak Rafa ke facebook dan menyebarkan
berita palsu tentang kami untuk memanas-manasi mereka. Kamu tahu aku itu orang
yang sangat gegabah. Tak lama setelah itu mereka mengetahui identitasku, baru
namaku memang dan aku terus mencoba
untuk menghindar”
Stemi terkejut mendengar pengakuan Stemily.
Dia berbeda kelas dengan Stemily dan mereka pun jarang terlihat bersama, jadi
tidak banyak yang tahu bahwa mereka saudara kembar. Stemi juga tidak terlalu
tahu bagaimana Stemily di sekolah. Perbedaan sifat mereka membuat mereka tidak
begitu dekat, meskipun saudara kembar.
“ Aku
berpikir bahwa aku tidak mungkin menghindar terus-menerus. Lalu aku menantang
mereka untuk datang ke kelasku. Kamu pasti ingat saat aku mengirim pesan padamu
untuk datang ke kelas untuk menitipkan sesuatu padamu, dan Kamu bertemu dengan
mereka yang langsung menarikmu ke belakang sekolah. Dari jauh, aku melihat
kejadian itu. Aku
melihatmu dibully oleh mereka semua. Aku yang menjebakmu untuk menjadi diriku,
menggantikan aku” jelas
Stemily lalu langsung menundukkan kepalanya, tak berani menatap wajah Stemi
yang mulai memerah, menahan marah.
Aldrine dan
Kevin juga ikut diam memperhatikan mereka. Ia tidak tahu
harus berbuat apa karena ini adalah masalah pribadi antara mereka berdua.
“ Kenapa
Kamu melakukan itu?” Stemi bertanya dengan tangan terkepal. Tatapannya tak
lepas dari sosok Stemily yang masih menunduk, “Jawab
aku Stemily shelter!” kali ini Stemi berteriak emosi.
Aldrine baru saja melangkah sekali untuk
menenangkan gadis itu, tapi seseorang menepuk bahunya, menahannya agar tidak
ikut campur urusan mereka. Aldrine berbalik dan melihat Kevin memberikannya senyuman lembut.
“ Maafkan
aku, maafkan aku, maafkan aku…” Stemily dengan terisak berlutut didepan Stemi.
Gadis itu menggelengkan kepalanya sambil mengulangi kata yang sama.
“ Aku
tidak tahu kalau masalahnya akan serumit ini. saat Kamu dipanggil ke ruang
guru, aku baru sadar kalau ini semua kesalahanku. Kamu tidak seharusnya
terlibat, maafkan aku Stemi..” ucapnya
lagi, semakin terisak. Stemi diam, namun matanya juga meneteskan air mata.
Selama ini, walaupun dia tidak dekat dengan Stemily,
namun dia sangat menyayangi gadis itu. Dia juga tahu kalau Stemily yang menulis
berita bohong, tapi ia tidak tahu kenapa tiba-tiba mereka bisa mengiranya
sebagai Stemily. Setelah
itu pun dia hanya membiarkan dirinya menjadi `Stemily`. Tapi ia sangat terkejut
karena Stemily justru yang merencanakan semuanya. Setelah usahanya untuk
melindungi Stemily agar gadis itu tidak ketahuan, tapi kenyataannya gadis itu
yang malah menjadikannya umpan.
Stemi melangkah mundur, menjauh dari saudara
kembarnya yang masih berlutut dan menangis. “ Kamu…berdiri!
jangan berlutut seperti itu” ucap Stemi dengan suara serak dan bergetar. Stemily
berdiri pelan-pelan dan mengangkat kepalanya dengan sedikit takut.
“ Mulai
sekarang block akun facebookmu
dan jelaskan semua ini lalu minta maaf pada mereka” Stemi mengucapkan itu
dengan ketegasan, membuat Stemily menatapnya enggan. Sebelum Stemily menolak
melakukan itu, Stemi langsung menambahkan, “ Lakukan
itu jika Kamu ingin aku memaafkanmu”
Aldrine tersenyum menatap mereka dari jauh. Begitu
juga Kevin
yang perlahan tatapannya turun ke tangan kanan Aldrine, sesaat berpikir untuk
menggandeng tangan itu. Saat
tangan Kevin
hampir menyentuh tangan Aldrine, cowok itu menarik tangannya kembali.
“ Aku takut karena ini,
hubungan mereka kembali merenggang” guman Aldreni menutup matanya, “ Engga,
mereka itu saling menyayangi. Aku yakin setelah ini mereka bakal jadi lebih
dekat dan kamu engga perlu khawatir tentang masalah Cathrin lagi, mereka berdua
bakal nyelesaiin itu semua setelah ini”
***
Keempat
anak itu, Aldrine, Chelsea, Naufal dan Kevin tengah berkumpul untuk
mempersiapkan diri sebelum US dimulai. Hanya tinggal 2 minggu lagi, mereka
harus exstra belajar untuk mendapat posisi terbaik di tahun terakhir mereka
belajar di sekolah ini.
“ I’m believe. Kita bisa
menghadapi US dengan baik. Hanya perlu menghapal di materi inikan? Aku rasa ini
mudah, bukankah begitu?” Chelsea mengawali pembicaraan.
“ Benar,
kita pasti bisa” ujar Kevin sembari mengepalkan tangannya memberi semangat
untuk bersama.
“ Baik,
dimulai dengan Kevin dan Chelsea yang memberikan soal, sedangkan aku dan
Aldrine akan menjawabnya. Setiap 5 soal kita akan bergantian, aku dan Aldrine
memberikan soal” tambah Naufal yang lain mengangguk setuju.
“ Okay
kita mulai. Pada hewan tingkat rendah reproduksi seksual terjadi secara
Konjugasi dan Hermaprodit. Konjugasi merupakan tipe perkembangan seksual paling
sederhana yang ditandai dengan adanya?” Kevin memberikan pertanyaan pertama.
“
Ditandai dengan adanya plasmogami dan Karyogami, contoh hewannya adalah
Paramaecium” Naufal menjawab dnegan sangat lantai. Aldrine tidak terima.
“
Hambatan terjadinya fertilisasi eksernal adalah?” Chelsea menatap Aldrine
berdoa agar teman ceweknya itu yang akan menjawab pertanyaan kedua ini.
“ Arus air,
adanya hewan pemangsa, masuknya zat pencemar” jawab Naufal snatai. Chelsea
menghembuskan napasnya pasrah, sedangkan Aldrine menatap Naufal dengan tidak
suka.
“ Ya!
beri aku kesempatan buat jawab juga dong!” serunya.
“ Disini
itu siapa cepat dia dapat” Naufal menyenggol lengan Aldrine memberikan senyuman
mengejek.
“ Terdisi
atas apa saja organ reproduksi aves itu?” pertanyaa kedua dari Chelsea. Dengan
cepat Aldrine membekap mulut Naufal dan menyerukan jawabannya sebelum ia
terkalahkan untuk yang ketiga kalinya oleh cowok kutu buku itu.
“
Ovarium kiri, oviduk, dan kloaka” ucap Aldreni berjingrak senang kemudian
melepaskan tangannya dari mulut Naufal.
“
Merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya arus listrik
yang mengalir adalah?” ucap Kevin selanjutnya.
“
Galvanometer” Aldreni.
“
Menurut Michael Farady induksi pada kedua ujung kumparan dapat timbul karena?”
pertanyan ketiga dari Chelsea.
“
Induksi medan magnet?” jawab Naufal ragu. Chelsea menggeleng menandakan jawaban
yang dilontarkan Naufal salah.
“ Itu
saja tidak bisa, perubahan garis gaya magnet” Aldreni tersenyum mengejek
kemudian menjulurkan lidahnya kepada Naufal yang berdecak kesal.
***
“ Rin
ada apa?” tanya Kevin sembari menepuk bahu kanan milik sahabatnya tersebut. Aldrine
menoleh ke arah Kevin dan menatap cowok itu dalam-dalam.
“ Kamu
membaca sesuatu dari mataku?” tanya Aldrine sarkastik. Kevin membalas tatapan
dalam Aldrine dan mencoba membaca sesuatu dari mata itu, “ Tidak” Kevin
menggeleng dan masih mencoba membaca sesuatu dari sana, “ Bagaimana bisa?”
“ Aku
tidak tahu, aku tidak bisa membaca seperti itu lagi” Kevin menggeleng lagi, “
Apa kutukannya sudah hilang?” tambah Kevin mengerutkan dahinya bingung.
“ Apa kamu
percaya itu kutukan?” Aldrine balik bertanya, Kevin mengangguk ragu, “ Ini
benar-benar seperti drama korea yang pernah aku tonton” Aldrine ikut menggeleng
tak percaya.
“ Aku
bahkan belum mengucapkan banyak terima kasih kepada kutukan itu. Akibat kutukan
itu aku dan Chelsea bisa berteman dan memperbaiki hubungan dua anak kembar itu.
Seharunya kutukan itu tidak hilang” Aldrine mengerucutkan bibirnya sedih. Kevin
menjitak kepala cewek itu dengan tidak berperasaan.
“
Bagaimana mungkin ada teman seperti kamu huh! Seharusnya kamu seneng karena
kutukan itu udah ilang dan aku engga perlu denger sesuatu yang seperti sampah
terngiang dan terlihat di telinga dan mataku, dasar!!”
-END-
Comments